Kamis, 27 Mei 2010

PERTARUNGAN ANTARA JIWA DAN TUBUH :
FILSAFAT RENE DESCRATES
By: Rydho
Obsesi Descrates adalah menjawab pertanyaan tentang bagaimana ilmu-ilmu non-metafisik bisa memiliki kepastian yang sama dengan hasil-hasil yang diraih oleh geometris analitis. Pada prinsipnya, Descrates ingin menunjukan jalan menuju kepastian. Jalan itu adalah melalui keragu-raguan, yakni meragukan segala hal, dan kemudian mengambil sebagai aksioma apapun yang terbukti dan tidak dapat diragukan.
Ia dapat meragukan segenap kenyataan indrawinya, bahkan keberadaan tubuh dan dunia fisiknya, tetapi ia tidak dapat meragukan kenyataan subjektif dari jiwanya sendiri yang meragukan. Jadi jiwa pastilah merupakan sesuatau yang berbeda dari tubuh. Tubuh sama seperti halnya benda-benda fisik lainnya. Terdiri dari pertikael – pertikal yang bergerak dan memiliki keluasan. Jiwa yang esensinya adalah kesadaran dan berpikir, keberadaannya tidak bergantung pada ruang dan waktu karena ia merupakan “subtansi” yang immaterial atau bukan fisik.
Kesempurnaan, kesatuan, ketidakberhinggan dan aksioma-aksioma geometris yang terdapat dalam jiwa – yang tidak bergantung dari pengalaman indrawi yang spesifik ( tetapi dapat disentuh dan ditimbulkan oleh pengalaman ) – pastilah di peroleh dari hakikat jiwa yang berpikir yang dinamakan “ide-ide bawaan ( innates ideas ) dari jiwa.
Menurut Descrates, tubuh tanpa jiwa hanya akan menjadi otomat belaka, yang digerakkan secara mekanis oleh stimuls eksternal dan kondisi – kondisi hidrolik internal atau emosional – jadi tanpa kesadaran. Sebaliknya, jiwa atau roh tanpa tubuh memang bisa mempunyai kesadaran, tetapi ia hanya memiliki ide – ide bawaan saja – jadi tidak memiliki kesan-kesan indrawi dan gagasan – gagasan tentang benda-benda material yang lazimnya dimilki oleh kesadaran manusia normal lainnya. Tubuh, bagaimana pun juga, menambah kekayaan isi pada kesadaran jiwa, sedangkan jiwa menambah rasionalitas dan kehendak pada sebab-musabab prilaku.
Melalui suatu proses yang tidak dapat ditentukan, jiwa memainkan peranan pada berbagai katup dalam otak untuk melakukan persepsi. Jiwa memperantarai perilaku – dan membuatnya sadar – melalui rasio atau melalui pertimbangan-pertimabangan rasional.
Dari interaksi tubuh-jiwa yang dikemukakan Descrates adalah berubahnya arti nafsu ( passion ), yang didefenisikan sebagai pengalaman-pengalaman sadar, yang menyertai emosi -emosi tubuh. Jiwa kadang – kadang menolak atau mengubah respons-respons tubuh. Akan tetapi, terhadap emosi-emosi yang sangat kuat, pengaruh rasional dari roh mungkin saja tidak mencukupi sehingga orang sering mengamuk atau panic, sekali pun ia memiliki pertimbangan rasional. Bagi Descrates jiwa adalah terpadu, rasional, dan konsisten, tetapi juga terbatas kekuatannya dalam menghadapi tubuh, yang seringkali sukar dikendalikan. Persaingan atau pertarungan antara tubuh dan jiwa tidak lain adalah esensi dari kondisi manusia sebenarnya.
Descrates menghadirkan suatu pandangan yang menyeluruh tentang manusia dengan pendekatan “ganda”. Di suatu pihak, ia mengatakan bahwa tubuh manusia seperti mesin, yang hanya dapat dianalisa melalui metode ilmu alam. Di lain hal, ia pun mengatakan bahwa jiwa – yang sangat unik dan paling berharga dari sifat-sifat manusia – terletak di luar jangkauan metode ilmiah, dan hanya dapat didekati melaui refleksi rasional. Mendekati interaksi antara dua subtansi yang berbeda dengan pencampuran antara inferensi anatomis, intopeksi psikologi, dan anlisis logis.
Pendirian dasar Descrates bahwa ada suatu intansi yang disebut “ kesadaran subjektif” yakni sesuatu yang secara ilmiah tidak bisa diamati, dan oleh sebab itu berada diluar jangakuan penyelidikan atau penjelasan objektif melalui analisa mekanistik, telah menghantarkan kesadaran kita.
Versi Kedua
Dua hal yang perlu kita ketahui sebelum memasuki pemikirin Descartes :
1. Dominasi ilmu niologi Aristotelian di dalam tradisi Rene Descartes= didominasi oleh ilmu jiwa
Seluruh makhluk hidup memiliki jiwa:
Tumbuhan : Jiwa Vegetatif
Hewan : Jiwa Vegetatif dan Jiwa Sensitif
Manusia : Jiwa Rasional = manusia mampu berpikir secara sadar, membuat norma sosial, serta menyusun kebajikan-kebajikan moral.

2. Pengalaman Descartes mengenai bergeraknya patung-patung oleh dorongan air.

METODE DESCARTES
Jawaban Descartes atas obsesinya :
“dengan menerapkan cara berpikir geometris pada seluruh bidang pengetahuan,tanpa kecuali”
Cara menerapkannya : berangkat dari data-data yang jelas dan tegas, yang tidak lagi bisa diragukan
Prinsipnya Descartes : menunjukkan kepada kita jalan menuju kepastian
Secara sistematis Descartes meragukan gejala alam fisis, menurutnya hanya terdapat dua sifat dasar yang jelas dan terpilah-pilah, yakni keluasaan atau eksitensi = ruang tempat dan gerak
Fisika dan Fisiologis Descartes
1. Fisika
“Risalah tentang cahaya”
Descartes percaya bahwa tidak ada ruang kosong; dialam semesta terdapat tiga partikel dasar = api, tanah dan udara.
Ketiga elemen tadi menyatu dan menciptakan sebuah cahaya. Descartes memberikan landasan fisis bagi sensasi cahaya para individu yang mempersepsi.

2. Fisiologi Mekanistik
Sebelum Descartes, sudah banyak terdapat teori-teori yang berbicara tentang badan manusia. Kontribusi Descartes bukan terletak pada fisiologis mekanistik per se, namun pada penerapan fungsi tubuh itu sendiri. Ia hanya menganalisis 10 fungsi :
Pencernaan makanan
Sirkulasi darah
Daya tahan dan pertumbuhan tubuh
Respirasi
Tidur dan terjaga
Sensasi pada dunia luar
Imajinasi
Memori
Nafsu dan gairah
Pergerakan tubuh
Kesepuluh fungsi tersebut bergerak secara mekanis
Descartes sengaja membiarkan satu fungsi kehidupan, yakni rasio. Dia tidak ingin funsi ini diartikan dari segi mekanistik. Namun ia membahas rasio, dengan menggelutinya dari segi psikologis. Teorinya tentang urat-urat syaraf, terbukti keliru pada zaman sekarang. Namun nari teorinya, ia mampu membedakan dua macam jenis respons, yaitu
respon bawaan (reflek) dan
respons yang dipelajari = melalui proses belajar (dipelajari).
Dari dua macam respon ini, dia bisa mempelajari dan menjelaskan respon-respon mekanis tubuh makhluk hidup.
Walaupun terdapat persamaan antara respon yang dimiliki manusia dengan hewan dan tumbuhan, tapi terdapat perbedaan yaitu manusia mempunyai kesadaran dn kehendak.


Filsafat Rene Descartes tentang Jiwa dan pertaliannya dengan tubuh
Dahulu Descartes berasumsi bahwa segalanya bisa diragukan, termasuk kesan-kesan tentang indrawi yang jelas dan terpilah-pilah, serta sifat dunia fisis yang dulu dianggap sudah jelas dan pasti. Namun pada akhirnya ia tidak meraguukan lagi keberadaan jiwa atau roh rasional.
Jiwa menurut Descartes = sesuatu yang tidak tampak secara langsung dalam kesadaran kita, seperti halnya pengalaman indrawi.
Menurut Descartes, tubuh tanpa jiwa hanya akan jadi otomat belaka, yang digerakkan secara mekanis oleh stimulus eksternal dan kondisi-kondisi hidrolik internal atau emosi.
Menurutnya juga :
Tubuh, menambah kekayaan isi pada jiwa
Sedangkan Jiwa, menambah rasionalitas dan kehendak pada sebab-sebab perilaku.
Descartes beranggapan pertama kali jiwa itu diotak. Lalu dia beranggapan bahwa jiwa adalah perpaduan otak dengan indra yang terletak di kelenjer pinealis = keterpaduannya hanya ada di dalam tubuh manusia.
Lebih jauh, dia beranggapan jiwa secara sadar kadang-kadang menolak atau mengubah respon-respon tubuh. Jiwa bisa mengendalikan emosi dan seluruh sistem dalam tubuh.
Begitulah Descartes menampilkan pandangan menyeluruh kepada kita lewat teori pendekatan ganda.
Dan pandangannya yang terakhir tentang perbuatan/perilaku ialah perpaduan antara jiwa dan tubuh.

1 komentar: