Kamis, 27 Mei 2010

Kiprah Ilmu Psikologi

A. KIPRAH ILMIAH PSIKOLOGI
Dalam sejarahnya yang berawal dari filsafat dan ilmu faal, jelaslah bahwa psikologi dapat banyak membantu ilmu – ilmu lainnya, terutama yang secara langsung menyangkut kehidupan manusia.
Pada zaman sebelum masehi, psikologi sangat dipengaruhi oleh cara-cara berpikir filsafat karena ahli psikolgi pada masa itu juga ahli – ahli filsafat. Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para ahli filusuf dan ahli faal ( fisiolgi) sehingga psikologi dianggap bagian dari kedua ilmu tersebut. Selain terpegaruhi ilmu faal, psikologi juga dipengaruhi oleh satu hal yang tidak sepnuhnya berhubungan dengan ilmu faal, meskipun erat hubungannya dengan ilmu kedokteran, yaitu hipnotisme. Hipnotisme timbul karena adanya kepercayaan bahwa dalam alam ini terdapat kekuatan – kekuatan misterius, yaitu magnestisme. Seorang ahli mistik, menunjukkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat magnet yang sama halnya dengan bintang – bintang di langit – dapat mempengaruhi tubuh manusia melalui pancaran yang menembus luar angkasa.
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Psikologi. Dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhelm Wundt dengan didirikannya Laboratorium pertama di Leipzig Jerman, pada tahun 1879. Dengan meneliti mengenai gejala pengamatan dan tanggapan manusia, seperti persepsi, reproduksi, ingatan, asosiasi, dan fantasi. Terutama meneliti gejala – gejala Bewusztseinpsycholghy, atau gejala – gejala psikis yang berlangsung di dalam jiwa yang sadar bagi diri manusia.
Psikologi bila ditinjau dari arti etimologis sesungguhnya merujuk pada suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa manusia meliputi segala apa yang melekat didalamnya fisik, mental atau psikis (seperti kognitif, afektif dan konatif), dan spirit atau pengalaman-pengalaman spiritual bahkan lebih dalam lagi jiwa manusia meliputi nilai-nilai transendental. Jika demikian maka psikologi mempelajari hal-hal yang sangat luas menyangkut kejiwaan manusia.
Psikologi pada awalnya merupakan ilmu yang membahas hal ikhwal tentang jiwa manusia meliputi hakekat manusia, human nature (asal penciptaan), struktur atau susunan kejiwaan manusia sebagaimana pandangan ibnu sina yang membagi jiwa rasional, jiwa nabati dan jiwa hewani. Pada tahap ini psikologi menempatkan dirinya pada porsi yang sesungguhnya yakni sisi kejiwaan dari manusia, bukan lagi mengekor pada metafisika dalam filsafat. Psikologi memiliki ruang yang cukup ideal dalam memberikan penjelasan tentang jiwa manusia. Ruang ideal yang dimiliki psikologi disebabkan karena psikologi mempelajari kejiwaan manusia dari dua sisi; di mana ia dapat melihat jiwa manusia melalui pengamatan inderawi seperti tingkah laku, sikap, dan gerakan tubuh, disisi lain psikologi juga memperhatikan hakekat dan fenomena-fenomena kejiwaan manusia seperti hakekat manusia, asal penciptaan manusia, struktur kejiwaan manusia dan sebagainya.
Pada tahap selanjutnya psikologi mulai mengalami pengkrucutan esensi, ia tidak lagi mempelajari tentang hakekat kejiwaan manusia tetapi lebih kepada gejala-gejala yang ditimbulkan dari kejiwaan manusia itu sendiri. Tak ayal psikologi yang awalnya lebih luas pembahasannya mengalami reduksifikasi tentang hal-hal yang menjadi objek kajiannya. Psikologi digiring hanya mempelajari proses-proses mental/psikis manusia ketimbang mempelajari hakekat dari jiwa manusia itu sendiri. Konsekuensi dari reduksifikasi tersebut adalah bahwa psikologi tidak lagi relevan membahas jiwa manusia melainkan gejala-gejala yang dimunculkannya seperti tingkah laku, gerakan tubuh, fisiologis tubuh, dan sebagainya. Psikologi “di paksa” untuk mengkaji hal-hal “yang tampak” dari tingkah laku manusia, ironisnya lagi bahwa mempelajari hal-hal “yang tampak” dan “dapat diamati” secara inderawi merupakan suatu kebenaran secara ilmiah. Jika demikian maka psikologi yang dulunya dan yang sesungguhnya mempelajari jiwa manusia dianggap tidak ilmiah disebabkan karena hal-hal tersebut tidak dapat diamati secara langsung, tidak objektif, tidak metodologis, dan tidak tidak lainnya.
Akhir-akhir ini muncul reaksi dari beberapa kalangan tentang eksistensi psikologi. Reaksi ini muncul bisa dibilang karena kekecewaan mengenai psikologi yang domain atau wilayahnya mengalami fragmentasi yang cukup “parah”. Ada banyak aliran-aliran psikologi yang mempelajari gejala-gejala mental; ada yang terfokus pada kesadaran manusia, ada yang mengkhususkan pada perilaku yang tampak, ada yang melihat manusia hanya dengan melihat sisi motif-motif alam bawah sadar, ada yang ‘terlalu’ mengkultuskan peran manusia dalam menentukan pilihannya, dan sebagainya. Fragmentasi-fragmentasi aliran dalam psikologi tersebut membuat psikologi kehilangan “ruh”nya sebagai ilmu kejiwaan manusia. Reaksi demi reaksi muncul sehingga antara satu aliran dengan aliran lainnya saling menunggangi atau over lapping, aliran satu mengganggap teorinya paling benar begitu juga yang lainnya. Lantas bagaimana wajah psikologi sesungguhnya?kenapa ada banyak topeng? Adakah psikologi yang integratif? Dan yang penting apakah ada psikologi yang menempatkan manusia layaknya manusia yang tidak hanya berhubungan dengan dirinya sendiri namun juga berhubungan dengan alam dan mungkin juga dengan Tuhan.
Nilai-nilai kemanusiaan yang mulia harus dikembalikan dalam tahta yang sepantasnya. Bahwa manusia bukan lagi dianggap objek semata melainkan juga memiliki kesadaran-kesadaran yang terus berkembang, sederhananya manusia juga subjek yang harus dihargai keberadaannya. Jika menengok psikologi kontemporer dalam hal ini adalah psikologi ilmiah yang menganggap metode adalah segala-galanya. Maka disana posisi manusia seakan-akan ditempatkan dalam objek kajian psikologi. Dan jika berbicara “kebenaran” maka “metode” adalah jawaban yang dianggap sah dan valid. Ya seakan-akan “metode”adalah subjek yang mampu mengatakan apa saja.
Untuk itulah psikologi berbasis nilai mulai muncul. Dalam bahasa filsafat, psikologi yang beraksentuasi aksiologi perlu dikaji dan diperhatikan. Dimana psikologi menempatkan dirinya dalam posisi-posisi yang tidak merendahkan kejiwaan manusia. Orientasi aksiologi berarti psikologi lebih mendalami kebermaknaan manusia. Psikologi berbasis nilai ini sebagai tandingan atas psikologi mekanistik yang telah lama menguasai dunia psikologi. Hesse mengatakan bahwa “upaya untuk menghasilkan ilmu sosial yang netral etik, makin lama makin ditinggalkan karena dalam keadaan terbaik netralitas itu tidak dapat direalisasikan dan dalam keadaan terburuk kita hanya menipu diri sendiri”.
Psikologi berbasis nilai dan atau spiritual/agama, misalnya, menawarkan alternatif dalam mengkaji kejiwaan manusia mulai dari hakekat manusia, struktur kejiwaan manusia, perilaku manusia, kecerdasan (kognisi), terapi kejiwaan, dan sebagainya. Psikologi timur juga dianggap sebagai aliran psikologi yang berbasis spiritual tidak hanya memfokuskan pada jiwa manusia itu sendiri tetapi juga hubungannya dengan alam bahkan hubungannya dengan ketuhanan. Muncul juga psikologi Islam yang memandang jiwa manusia berdasarkan kitab sucinya (al-Qur’an). Asal penciptaan manusia dianggap sesuatu yang fitrah yakni memiliki potensi positif yang cenderung kepada kebenaran. Konsep-konsep tersebut didasarkan pada dalil-dalil wahyu yang diklaim kebenarannya untuk kemudian dibuktikan secara deduktif-induktif.
Dalam perkembangan historis-ilmiah diatas seakan psikologi dihadapkan pada pilihan-pilihan antara psikologi alamiah yang merujuk pada dasar-dasar ilmu psikologi yang memang dan benar-benar membahas jiwa manusia, atau psikologi ilmiah yang menyandarkan atas pengamatan-pengamatan yang terlihat dan terobservasi, atau mungkin psikologi ilahiah yang mana dasar-dasar psikologi sebenarnya telah ditetapkan dalam wahyu tinggal manusia yang menginterpretasi dan menjelajahinya.
Apapun itu yang terpenting adalah ilmu psikologi dapat memberikan kontribusi positif dalam menggali fenomena-fenomena kejiwaan manusia tanpa harus menghilangkan identitas manusia itu sendiri dan juga tidak menghiraukan nilai-nilai yang melekat pada manusia. Manusia harus dilihat secara positif dan humanis yang membawa nilai-nilai.

B. PRAKTISI PSIKOLOGI
1) KAJIAN PSIKOLOGI
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:
a) Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.
b) Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik
c) Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
d) Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

2) PENDEKATAN PSIKOLOGI
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu :
a) Pendekatan neurobilogis
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
b) Pendekatan prilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
c) Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
d) Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
e) Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

C. CIRI – CIRI PSIKOLOGI
1. Ciri – ciri psikologi lama ( kuno )
1) Bersifat elementer, berdasarkan hukum sebab – akibat
2) Bersifat mekanis
3) Bersifat sensualitas – intelektualistis ( memntingkan pengetahuan dan daya pikir )
4) Mementingkan kuantitas
5) Hanya mencari hukum – hukum
6) Gejala – gejala jiwa dipisahkan dari subjeknya
7) Jiwa dipandang pasif
8) Terlepas dari materi – materi
2. Ciri – ciri psikologi modern
1) Bersifat totalitas
2) Bersifat teleologis ( bertujuan )
3) Vitalistis biologis ( jiwa dipandang activ dan bergerak dalam hidup manusia )
4) Melakukan pendalaman dan penyelaman terhadap jiwa
5) Berdasarkan nilai – nilai
6) Gejala – gejala jiwa dihubungkan dengan subyeknya
7) Memandang jiwa activ dinamis
8) Mementingkan fungsi jiwa
9) Mementingkan mutu dan kualitas
10) Lebih mementingkan perasaan
Psikologi lama diwakili antara lain oleh aliran – aliran psikologi fisiologi, psikologi unsur, dan psikologi asosiasi, sedangkan psikologi modern dengan ottonominnya sebagai ilmu pengetahuan antara lain ilmu jiwa dalam, psikologi pikir, psikologi individual, behaviorisme, psikologi gestalt, psikologi kepribadian.

D. METODE ILMIAH PSIKOLOGI
1. Metode Eksperimental
Satu hal yang penting disini adalah dalam melaksanakan eksperimen harus dapat menguasai situasi, yang berarti bahwa peneliti harus dapat menimbulkan atau menghilangkan berbagai macam situasi degan khendaknya, dikarenakan metode ini hendak menemukan prinsip-prinsip yang bekerja dalam tingkah laku atau hendak mengungkapkan sebab akibat.
Yang perlu diingat dalam metode ini adalah prinsip dasarnya yang memanipulasi kondisi dan manusia dilihat sebagai organisme yang sama ( tidak ada perpedaan individual). Dengan demikian, metode ini hanya mencari hukum – hukum saja mengenai berbagai tingkah laku dan kurang memperhatikan perbedaan – perbedaan individual.
2. Observasi Alamiah
Dalam observasi alamiah tidak ditimbulkan situasi-situasi dengan sengaja. Disini hanya melakukan pengamatan yang sudah ada, sitausi yang terjadi secara spontan, tidak dibuat-buat dan karenanya dapat disebut sebagai situasi yang sesuai dengan khendak alam, yang alamiah. Hasil pengamatan ini dicatat dengan teliti untuk kemudian diambil kesimpulan – kesimpulan umum maupun khusus.
3. Sejarah Kehidupan
Sejarah hidup sesorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan. Sejarah kehidupan ini dapat disusun dalam 2 cara, yaitu :
a. Pembuatan buku harian
b. Rekonstruksi biografi
4. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara si pemeriksa dan orang yang diperiksa, maksudnya adalah agar orang yang diperiksa itu memukan isi hatinya, pandangannya, pendapatnya, dan lain sebaginya sehingga pewawancara dapat mengali informasi yang diperlukan.
5. Angket
Angket adalah wawncara tulis. Pertanyaan sudah disusun secara tertulis dalam lembaran – lembaran pertanyaan. Orang yang diperiksa tinggal membaca pertanyaan – pertanyaan itu dan memberi jawaban – jawaban secara tertulis pula dalam kolom – kolom yang sudah disediakan. Jawaban – jawaban itu selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui hal – hal yang sedang diselidiki.
Keuntungan angket adalah daya sebarnya yang luas kepada masyarakat. Angket yang dalam menanganinya tak perlu pengamat sebanyak pengisi angket sehingga waktu pengumpulan data menjadi singkat.
Kelemahan angket adalah bahwa alat bantu ini tidak mampu mengali ekspresi – ekspresi wajah, gerak, perasaan, dan lain – lain dan data yang dapat digali pun terbatas.
6. Pemeriksaan Psikologis
Secara populer metode ini dikenal dengan nama “psikotes”. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan para ahli yang terlatih. Alat – alat ini diperguanakan untuk mengetahui taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur kepribadian dan lain – lain dari orang yang mau diperiksa.
Keuntungan metode ini adalah bahwa dalam waktu yang relatif sangat singkat dapat dikumpulkan banyak data mengenai diri seseorang, termasuk juga data – data yang tidak diketahui dengan metode – metode lainnya. Selain itu metode ini dapat dilaksanakan secara massal sehingga dapat dperiksa banyak orang sekaligus. Kelemahan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan secara luas, karena hanya dapat dilaksanakan oleh orang – orang tertentu.








1 komentar:

  1. Wynn casino to open in early January - JTM Hub
    Wynn Resorts is 강원도 출장마사지 rolling 경산 출장마사지 out an 전라북도 출장안마 initial public offering, 속초 출장샵 allowing 전주 출장안마 players to wager on casino games, such as slots, roulette, poker,

    BalasHapus