Minggu, 30 Mei 2010

Ruang Lingkup Fiqih Muamalah

Pengertian dan Ruang Lingkup
1. Fiqih
Fiqh itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci Fiqh artinya faham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan para ahli Fiqh (fuqaha). Fiqh itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Dengan demikian berarti bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari Al-Qur’an dan Sunnah yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya. Hukum itu berberntuk amaliyah yang akan diamalkan oleh setiap mukallaf (Mukallaf artinya orang yang sudah dibebani/diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran syari’at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam).
Ilmu fiqh membicarakan hubungan itu yang meliputi kedudukannya, hukumnya, caranya, alatnya dan sebagainya. Menurut yang umum dikenal di kalangan ulama fiqh secara awam, topik (bab) pembahasan fiqh itu adalah empat, yang sering disebut Rubu’:
- 1. Rubu’ ibadat;
- 2. Rubu’ muamalat;
- 3. Rubu’ munakahat; dan
- 4. Rubu’ jinayat.
2. Muamalah
Muamalah adalah Masdar dari kata ‘Amala – Yu’amilu – Mu’alamatan yang berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal.
Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci.
Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti social,ekonomi,politik hokum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu cara bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat pilihan di antara berbagai pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Sumber-sumber fiqih secara umum berasal dari dua sumber utama, yaitu dalil naqly yang berupa Al-Quran dan Al-Hadits, dan dalil Aqly yang berupa akal (ijtihad). Penerapan sumber fiqih islam ke dalam tiga sumber, yaitu Al-Quran, Al-Hadits,dan ijtihad.
Ruang lingkup yang dibahas dalam fiqh muamalah ini meliputi dua hal;
1. Muamalah Adabiyah: yaitu ditinjau dari subjeknya atau pelakunya. Biasanya yang dibahas mengenai HARTA dan IJAB QOBUL
2. Muamalah Madiyah : ditinjau dari segi objeknya.
Meliputi:
Al Ba'i (jual beli), Syirkah (perkongsian), al Mudharabah (Kerjasama), Rahn (gadai), kafalah dan dhaman (jaminan dan tanggungan), utang piutang, Sewa menyewa, hiwalah (pemindahan utang), sewa menyewa (ijarah), upah, syuf'ah (gugatan), Qiradh (memberi modal), Ji'alah (sayembara), Ariyah (pinjam meminjam), Wadi'ah (titipan), Musaraqah, Muzara'ah dan mukhabarah, Pinjam meminjam, Riba, Dan beberapa permasalahan kontemporer (asuransi, bank dll), ihyaulmawat, wakalah
A. PRINSIP DASAR FIQIH MUAMALAH
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini berusaha mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah atau pun etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan dialektika nilai materialisme dan spiritualisme. Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah (ekonomi) juga sangat konsen terhadap nilai-nilai humanisme. Di antara kaidah dasar fiqh muamalah adalah sebagai berikut :
 Hukum asal dalam muamalat adalah mubah
 Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
 Menetapkan harga yang kompetitif
 Meninggalkan intervensi yang dilarang
 Menghindari eksploitasi
 Memberikan toleransi
 Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah
B. KAIDAH FIQIH DALAM TRANSAKSI EKONOMI (MUAMALAH)
Kaidah fiqih muamalah adalah “al ashlu fil mua’malati al ibahah hatta yadullu ad daliilu ala tahrimiha” (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). memberikan arti bahwa dalam kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya. Kaidah ini didasarkan pada Hadist Rasulullah yang berbunyi: “antum a’alamu bi ‘umurid dunyakum” (kamu lebih tahu atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang penuh dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan mutlak kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan aturan-aturan kaku yang bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam menjunjung tinggi asas kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan potensinya dalam mengelola kehidupan ini, khususnya berkenaan dengan fungsi manusia sebagai khalifatul-Llah fil ‘ardlh (wakil Allah di bumi).
C. KONSEP AQAD FIQIH EKONOMI (MUAMALAH)
Setiap kegiatan usaha yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah kumpulan transaksi-transaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa.
Kegiatan hubungan manusia dengan manusia (muamalah) dalam bidang ekonomi menurut Syariah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dan menjadi dasar terjadinya sesuatu, yang secara bersama-sama akan mengakibatkan keabsahan. Rukun transaksi ekonomi Syariah adalah:
1. Adanya pihak-pihak yang melakukan transaksi, misalnya penjual dan pembeli, penyewa dan pemberi sewa, pemberi jasa dan penerima jasa.
2. Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi obyek transaksi.
3. Adanya kesepakatan bersama dalam bentuk kesepakatan menyerahkan (ijab) bersama dengan kesepakatan menerima (kabul).
Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa, bahkan jasa dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya obyek transaksi dapat dibedakan kedalam:
1. Obyek yang sudah pasti (Ayn), yaitu obyek yang sudah jelas keberadaannya atau segera dapat diperoleh manfaatnya.
2. Obyek yang masih merupakan kewajiban (Dayn), yaitu obyek yang timbul akibat suatu transaksi yang tidak tunai.
Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :
1. Aqad Mudharaba
Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran berupa hubungan kerjasama antara Pemilik Usaha dengan Pemilik Harta
2. Aqad Musyarakah
Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi Pemilik Usaha,
3. Aqad Perdagangan
Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan atas suatu transaksi jual-beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas penundaan pembayaran atau penyerahan obyek sehingga pembayaran atau penyerahan tersebut tidak dilakukan secara tunai atau seketika pada saat transaksi.
4. Aqad Ijarah
Aqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui penguasaan sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada pemilik Obyek. Ijara mirip dengan leasing namun tidak sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijara dilandasi adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan dahwa Fiqih Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme ekonomi (muamalah) yang khas dengan dasar-dasar nilai ilahiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Mas’adi, Ghufron. 2002. Fikih Muamalah Kontekstual. Pt. Raja Grafindo Persada : Jakarta
http://hadypradipta.blog.ekonomisyariah.net/2009/01/06/fiqih-muamalah/ http://alakaycisero.multiply.com/journal/item/35















KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb…
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah – NYA kita semua masih bisa merasakan indah nya alam tempat kita bernaung dan menuntut ilmu…
Shalawat beserta salam tak lupa pula kami sampaikan kepada junjugan umat manusia dan suri tauladan bagi kita semua umat muslim, yakni Nabi Muhamad SAW atas perjuangan beliau kita bisa menikmati indahnya ilmu penegathuan…
Disini penulis akan menyapaikan tentang Pengertian dan Ruang Llingkup Fiqih dan Muamalah dan mengulas nya dengan bahasa yang sesederhana mungkin. Semoga makalah yang penulis ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis dalam tanggung jawab penyelesaian tugan kelompok dan juga penulis berharap semoga makalah ini menjadi ilmu dan wawasan yang baru bagi mahasiswa psikologi IIE…
Penulis meminta kritik dan saran yang positif dari teman – teman mahasiswa semuanya dalam pengembangan dan perbaikan penulis untuk menjadikan makalah dan tulisan penulis menjadi lebih baik di masa yang akan datang..
Wassalamu’alakum Wr. Wb….
Pekanbaru, 25 April 2010



Penulis

Kamis, 27 Mei 2010






Kiprah Ilmu Psikologi

A. KIPRAH ILMIAH PSIKOLOGI
Dalam sejarahnya yang berawal dari filsafat dan ilmu faal, jelaslah bahwa psikologi dapat banyak membantu ilmu – ilmu lainnya, terutama yang secara langsung menyangkut kehidupan manusia.
Pada zaman sebelum masehi, psikologi sangat dipengaruhi oleh cara-cara berpikir filsafat karena ahli psikolgi pada masa itu juga ahli – ahli filsafat. Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para ahli filusuf dan ahli faal ( fisiolgi) sehingga psikologi dianggap bagian dari kedua ilmu tersebut. Selain terpegaruhi ilmu faal, psikologi juga dipengaruhi oleh satu hal yang tidak sepnuhnya berhubungan dengan ilmu faal, meskipun erat hubungannya dengan ilmu kedokteran, yaitu hipnotisme. Hipnotisme timbul karena adanya kepercayaan bahwa dalam alam ini terdapat kekuatan – kekuatan misterius, yaitu magnestisme. Seorang ahli mistik, menunjukkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat magnet yang sama halnya dengan bintang – bintang di langit – dapat mempengaruhi tubuh manusia melalui pancaran yang menembus luar angkasa.
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Psikologi. Dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhelm Wundt dengan didirikannya Laboratorium pertama di Leipzig Jerman, pada tahun 1879. Dengan meneliti mengenai gejala pengamatan dan tanggapan manusia, seperti persepsi, reproduksi, ingatan, asosiasi, dan fantasi. Terutama meneliti gejala – gejala Bewusztseinpsycholghy, atau gejala – gejala psikis yang berlangsung di dalam jiwa yang sadar bagi diri manusia.
Psikologi bila ditinjau dari arti etimologis sesungguhnya merujuk pada suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa manusia meliputi segala apa yang melekat didalamnya fisik, mental atau psikis (seperti kognitif, afektif dan konatif), dan spirit atau pengalaman-pengalaman spiritual bahkan lebih dalam lagi jiwa manusia meliputi nilai-nilai transendental. Jika demikian maka psikologi mempelajari hal-hal yang sangat luas menyangkut kejiwaan manusia.
Psikologi pada awalnya merupakan ilmu yang membahas hal ikhwal tentang jiwa manusia meliputi hakekat manusia, human nature (asal penciptaan), struktur atau susunan kejiwaan manusia sebagaimana pandangan ibnu sina yang membagi jiwa rasional, jiwa nabati dan jiwa hewani. Pada tahap ini psikologi menempatkan dirinya pada porsi yang sesungguhnya yakni sisi kejiwaan dari manusia, bukan lagi mengekor pada metafisika dalam filsafat. Psikologi memiliki ruang yang cukup ideal dalam memberikan penjelasan tentang jiwa manusia. Ruang ideal yang dimiliki psikologi disebabkan karena psikologi mempelajari kejiwaan manusia dari dua sisi; di mana ia dapat melihat jiwa manusia melalui pengamatan inderawi seperti tingkah laku, sikap, dan gerakan tubuh, disisi lain psikologi juga memperhatikan hakekat dan fenomena-fenomena kejiwaan manusia seperti hakekat manusia, asal penciptaan manusia, struktur kejiwaan manusia dan sebagainya.
Pada tahap selanjutnya psikologi mulai mengalami pengkrucutan esensi, ia tidak lagi mempelajari tentang hakekat kejiwaan manusia tetapi lebih kepada gejala-gejala yang ditimbulkan dari kejiwaan manusia itu sendiri. Tak ayal psikologi yang awalnya lebih luas pembahasannya mengalami reduksifikasi tentang hal-hal yang menjadi objek kajiannya. Psikologi digiring hanya mempelajari proses-proses mental/psikis manusia ketimbang mempelajari hakekat dari jiwa manusia itu sendiri. Konsekuensi dari reduksifikasi tersebut adalah bahwa psikologi tidak lagi relevan membahas jiwa manusia melainkan gejala-gejala yang dimunculkannya seperti tingkah laku, gerakan tubuh, fisiologis tubuh, dan sebagainya. Psikologi “di paksa” untuk mengkaji hal-hal “yang tampak” dari tingkah laku manusia, ironisnya lagi bahwa mempelajari hal-hal “yang tampak” dan “dapat diamati” secara inderawi merupakan suatu kebenaran secara ilmiah. Jika demikian maka psikologi yang dulunya dan yang sesungguhnya mempelajari jiwa manusia dianggap tidak ilmiah disebabkan karena hal-hal tersebut tidak dapat diamati secara langsung, tidak objektif, tidak metodologis, dan tidak tidak lainnya.
Akhir-akhir ini muncul reaksi dari beberapa kalangan tentang eksistensi psikologi. Reaksi ini muncul bisa dibilang karena kekecewaan mengenai psikologi yang domain atau wilayahnya mengalami fragmentasi yang cukup “parah”. Ada banyak aliran-aliran psikologi yang mempelajari gejala-gejala mental; ada yang terfokus pada kesadaran manusia, ada yang mengkhususkan pada perilaku yang tampak, ada yang melihat manusia hanya dengan melihat sisi motif-motif alam bawah sadar, ada yang ‘terlalu’ mengkultuskan peran manusia dalam menentukan pilihannya, dan sebagainya. Fragmentasi-fragmentasi aliran dalam psikologi tersebut membuat psikologi kehilangan “ruh”nya sebagai ilmu kejiwaan manusia. Reaksi demi reaksi muncul sehingga antara satu aliran dengan aliran lainnya saling menunggangi atau over lapping, aliran satu mengganggap teorinya paling benar begitu juga yang lainnya. Lantas bagaimana wajah psikologi sesungguhnya?kenapa ada banyak topeng? Adakah psikologi yang integratif? Dan yang penting apakah ada psikologi yang menempatkan manusia layaknya manusia yang tidak hanya berhubungan dengan dirinya sendiri namun juga berhubungan dengan alam dan mungkin juga dengan Tuhan.
Nilai-nilai kemanusiaan yang mulia harus dikembalikan dalam tahta yang sepantasnya. Bahwa manusia bukan lagi dianggap objek semata melainkan juga memiliki kesadaran-kesadaran yang terus berkembang, sederhananya manusia juga subjek yang harus dihargai keberadaannya. Jika menengok psikologi kontemporer dalam hal ini adalah psikologi ilmiah yang menganggap metode adalah segala-galanya. Maka disana posisi manusia seakan-akan ditempatkan dalam objek kajian psikologi. Dan jika berbicara “kebenaran” maka “metode” adalah jawaban yang dianggap sah dan valid. Ya seakan-akan “metode”adalah subjek yang mampu mengatakan apa saja.
Untuk itulah psikologi berbasis nilai mulai muncul. Dalam bahasa filsafat, psikologi yang beraksentuasi aksiologi perlu dikaji dan diperhatikan. Dimana psikologi menempatkan dirinya dalam posisi-posisi yang tidak merendahkan kejiwaan manusia. Orientasi aksiologi berarti psikologi lebih mendalami kebermaknaan manusia. Psikologi berbasis nilai ini sebagai tandingan atas psikologi mekanistik yang telah lama menguasai dunia psikologi. Hesse mengatakan bahwa “upaya untuk menghasilkan ilmu sosial yang netral etik, makin lama makin ditinggalkan karena dalam keadaan terbaik netralitas itu tidak dapat direalisasikan dan dalam keadaan terburuk kita hanya menipu diri sendiri”.
Psikologi berbasis nilai dan atau spiritual/agama, misalnya, menawarkan alternatif dalam mengkaji kejiwaan manusia mulai dari hakekat manusia, struktur kejiwaan manusia, perilaku manusia, kecerdasan (kognisi), terapi kejiwaan, dan sebagainya. Psikologi timur juga dianggap sebagai aliran psikologi yang berbasis spiritual tidak hanya memfokuskan pada jiwa manusia itu sendiri tetapi juga hubungannya dengan alam bahkan hubungannya dengan ketuhanan. Muncul juga psikologi Islam yang memandang jiwa manusia berdasarkan kitab sucinya (al-Qur’an). Asal penciptaan manusia dianggap sesuatu yang fitrah yakni memiliki potensi positif yang cenderung kepada kebenaran. Konsep-konsep tersebut didasarkan pada dalil-dalil wahyu yang diklaim kebenarannya untuk kemudian dibuktikan secara deduktif-induktif.
Dalam perkembangan historis-ilmiah diatas seakan psikologi dihadapkan pada pilihan-pilihan antara psikologi alamiah yang merujuk pada dasar-dasar ilmu psikologi yang memang dan benar-benar membahas jiwa manusia, atau psikologi ilmiah yang menyandarkan atas pengamatan-pengamatan yang terlihat dan terobservasi, atau mungkin psikologi ilahiah yang mana dasar-dasar psikologi sebenarnya telah ditetapkan dalam wahyu tinggal manusia yang menginterpretasi dan menjelajahinya.
Apapun itu yang terpenting adalah ilmu psikologi dapat memberikan kontribusi positif dalam menggali fenomena-fenomena kejiwaan manusia tanpa harus menghilangkan identitas manusia itu sendiri dan juga tidak menghiraukan nilai-nilai yang melekat pada manusia. Manusia harus dilihat secara positif dan humanis yang membawa nilai-nilai.

B. PRAKTISI PSIKOLOGI
1) KAJIAN PSIKOLOGI
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:
a) Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.
b) Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik
c) Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
d) Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

2) PENDEKATAN PSIKOLOGI
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu :
a) Pendekatan neurobilogis
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
b) Pendekatan prilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
c) Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
d) Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
e) Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

C. CIRI – CIRI PSIKOLOGI
1. Ciri – ciri psikologi lama ( kuno )
1) Bersifat elementer, berdasarkan hukum sebab – akibat
2) Bersifat mekanis
3) Bersifat sensualitas – intelektualistis ( memntingkan pengetahuan dan daya pikir )
4) Mementingkan kuantitas
5) Hanya mencari hukum – hukum
6) Gejala – gejala jiwa dipisahkan dari subjeknya
7) Jiwa dipandang pasif
8) Terlepas dari materi – materi
2. Ciri – ciri psikologi modern
1) Bersifat totalitas
2) Bersifat teleologis ( bertujuan )
3) Vitalistis biologis ( jiwa dipandang activ dan bergerak dalam hidup manusia )
4) Melakukan pendalaman dan penyelaman terhadap jiwa
5) Berdasarkan nilai – nilai
6) Gejala – gejala jiwa dihubungkan dengan subyeknya
7) Memandang jiwa activ dinamis
8) Mementingkan fungsi jiwa
9) Mementingkan mutu dan kualitas
10) Lebih mementingkan perasaan
Psikologi lama diwakili antara lain oleh aliran – aliran psikologi fisiologi, psikologi unsur, dan psikologi asosiasi, sedangkan psikologi modern dengan ottonominnya sebagai ilmu pengetahuan antara lain ilmu jiwa dalam, psikologi pikir, psikologi individual, behaviorisme, psikologi gestalt, psikologi kepribadian.

D. METODE ILMIAH PSIKOLOGI
1. Metode Eksperimental
Satu hal yang penting disini adalah dalam melaksanakan eksperimen harus dapat menguasai situasi, yang berarti bahwa peneliti harus dapat menimbulkan atau menghilangkan berbagai macam situasi degan khendaknya, dikarenakan metode ini hendak menemukan prinsip-prinsip yang bekerja dalam tingkah laku atau hendak mengungkapkan sebab akibat.
Yang perlu diingat dalam metode ini adalah prinsip dasarnya yang memanipulasi kondisi dan manusia dilihat sebagai organisme yang sama ( tidak ada perpedaan individual). Dengan demikian, metode ini hanya mencari hukum – hukum saja mengenai berbagai tingkah laku dan kurang memperhatikan perbedaan – perbedaan individual.
2. Observasi Alamiah
Dalam observasi alamiah tidak ditimbulkan situasi-situasi dengan sengaja. Disini hanya melakukan pengamatan yang sudah ada, sitausi yang terjadi secara spontan, tidak dibuat-buat dan karenanya dapat disebut sebagai situasi yang sesuai dengan khendak alam, yang alamiah. Hasil pengamatan ini dicatat dengan teliti untuk kemudian diambil kesimpulan – kesimpulan umum maupun khusus.
3. Sejarah Kehidupan
Sejarah hidup sesorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan. Sejarah kehidupan ini dapat disusun dalam 2 cara, yaitu :
a. Pembuatan buku harian
b. Rekonstruksi biografi
4. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara si pemeriksa dan orang yang diperiksa, maksudnya adalah agar orang yang diperiksa itu memukan isi hatinya, pandangannya, pendapatnya, dan lain sebaginya sehingga pewawancara dapat mengali informasi yang diperlukan.
5. Angket
Angket adalah wawncara tulis. Pertanyaan sudah disusun secara tertulis dalam lembaran – lembaran pertanyaan. Orang yang diperiksa tinggal membaca pertanyaan – pertanyaan itu dan memberi jawaban – jawaban secara tertulis pula dalam kolom – kolom yang sudah disediakan. Jawaban – jawaban itu selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui hal – hal yang sedang diselidiki.
Keuntungan angket adalah daya sebarnya yang luas kepada masyarakat. Angket yang dalam menanganinya tak perlu pengamat sebanyak pengisi angket sehingga waktu pengumpulan data menjadi singkat.
Kelemahan angket adalah bahwa alat bantu ini tidak mampu mengali ekspresi – ekspresi wajah, gerak, perasaan, dan lain – lain dan data yang dapat digali pun terbatas.
6. Pemeriksaan Psikologis
Secara populer metode ini dikenal dengan nama “psikotes”. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan para ahli yang terlatih. Alat – alat ini diperguanakan untuk mengetahui taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur kepribadian dan lain – lain dari orang yang mau diperiksa.
Keuntungan metode ini adalah bahwa dalam waktu yang relatif sangat singkat dapat dikumpulkan banyak data mengenai diri seseorang, termasuk juga data – data yang tidak diketahui dengan metode – metode lainnya. Selain itu metode ini dapat dilaksanakan secara massal sehingga dapat dperiksa banyak orang sekaligus. Kelemahan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan secara luas, karena hanya dapat dilaksanakan oleh orang – orang tertentu.








Teori Kebenaran Filsafat ilmu dan logika

Nama : Rydho Irawan Dosen Pengampuh : Yulita Kurniwati A S.psi
Nim : 109 6100 7677 Fak / Kls : Psikologi / II E

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Bentuk - Bentuk Mekanisme Pertahanan :
Mekanisme pertahanan adalah strategi yang digunakan individu untuk bertahan melawan ekspresi Implus Id serta menentang tekanan super ego.
Mekanisme yang sedemikian ini penting untuk :
1. Memperlunak kegagalan
2. Mengurangi kecemasan
3. Mengurangi perasaan yang menyakitkan
4. Mempertahankan perasaan layak dan harga diri.
Mekanisme pertahanan tersebut bersifat :
1. Kurang realistik
2. Tidak berorientasi kepada tugas
3. Mengandung penipuan diri
4. Sebagian besar bekerja secara tidak disadari sehingga sukar untuk dinilai dan dievaluasi secara sadar.
Bentuk – bentuk Mekanisme Pertahanan :
1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
2. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.
3. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
4. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima. Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.

5. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
6. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.
7. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.

bentuk mekanisme pertahanan sigmund freud

Nama : Rydho Irawan Dosen Pengampuh : Yulita Kurniwati A S.psi
Nim : 109 6100 7677 Fak / Kls : Psikologi / II E

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Bentuk - Bentuk Mekanisme Pertahanan :
Mekanisme pertahanan adalah strategi yang digunakan individu untuk bertahan melawan ekspresi Implus Id serta menentang tekanan super ego.
Mekanisme yang sedemikian ini penting untuk :
1. Memperlunak kegagalan
2. Mengurangi kecemasan
3. Mengurangi perasaan yang menyakitkan
4. Mempertahankan perasaan layak dan harga diri.
Mekanisme pertahanan tersebut bersifat :
1. Kurang realistik
2. Tidak berorientasi kepada tugas
3. Mengandung penipuan diri
4. Sebagian besar bekerja secara tidak disadari sehingga sukar untuk dinilai dan dievaluasi secara sadar.
Bentuk – bentuk Mekanisme Pertahanan :
1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
2. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.
3. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
4. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima. Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.

5. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
6. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.
7. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.

konsepsi manusia dalam al-quran dan sigmund Frued

A. Pendahuluan
Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong - golongkan manusia ke dalam tipe - tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Karena selalu menarik, maka masalahnya tidak pernah selesai dalam artian tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia (Rif'at Syauqi Nawawi, 1996 : 1). sebagai contoh, serangan yang dilakukan rezim zionis Israel ke Jalur Gaza beberapa waktu yang lalu. Ribuan manusia di Gaza menjadi korban dalam kejahatan tersebut, sementara yang melakukan pembantaian itu adalah tentara zionis Israel yang juga manusia. lantas bagaimana sesungguhnya watak dasar dan tabiat makhluk yang bernama manusia dan siapakah manusia itu? Dan bagaimana menentukan konsep kepribadian manusia yang berkualitas bagi dirinya, masyarakat, alam dan mahluk ciptaan Allah SWT.
B. Konsep – konsep tentang manusia
Siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat sederhana, tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang menjawab pertanyaan tersebut menurut latar belakangnya,
Plato. Ia memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa.
Aristoteles ia memandang manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan esensial. Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi terpenjaranya jiwa oleh badan melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan keseluruhan sistem psiko-fisik dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan mengembangkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari,termasuk kehidupan social.
Psikoanalisa. Sigmund Freud adalah salah satu tokoh psikologi yang memandang manusia sebagai makhluk deterministik, dengan kata lain ia melihat manusia tidak bebas. Kepribadian manusia terdiri dari dua bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Banyak perilaku manusia yang dipengaruhi oleh ketidaksadarannya. Menurut Freud pada bagian ketidaksadaran ini diisi oleh dorongan-dorongan instingtif bersifat primitif yang menggerakkan manusia untuk mendapatkan kenikmatan. . Jadi dalam pandangan Freud, manusia terutama digerakkan oleh instingnya.
Psikologi Behaviorisme. tokoh behaviorisme yang terkenal adalah J.B. Watson dan B.F. Skinner. memandang manusia sebagai hasil pembiasaan stimulus-respons. Lingkungan berperan penting dalam menentukan kepribadian seseorang. jadi Manusia adalah makhluk pasif yang menerima bentukan dari lingkungan.
Psikologi Humanistik. Carls Rogers dan Abraham Maslow memandang manusia sebagai makhluk yang bebas dengan kehendak untuk mengaktualisasi potensi-potensinya. Sejak lahir manusia memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkannya sendiri. Yang menentukan akan jadi apa dia adalah dirinya sendiri dengan bantuan fasilitas dari lingkungan. Manusia pada tingkat tertentu bertingkah laku. Ia mencintai karena memiliki potensi mencintai, bekerja karena memiliki potensi bekerja dan sebagainya.
Pandangan Erich Fromm. Ia melihat kondisi eksistensial manusia sebagai makhluk dilematik. Manusia sebagai pribadi sekaligus bagian dari alam, sebagai binatang dan sekaligus manusia. Manusia berkembang dengan mengaktualisasi potensi-potensinya, tetapi seberapa jauh aktualisasi potensi dan perkembangan manusia dapat dicapai, juga dipengaruhi seberapa fasilitatifnya lingkungan tempat ia hidup.
Pandangan Islam. Al-Qur'an, mendudukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan rohani. Al-Qur'an memberi acuan konseptual yang sangat mapan dalam memberi pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani agar manusia berkembang secara wajar dan baik. Dari ayat-ayat al-qur’an dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggung jawab. Pada surat al-Mu'minun ayat 115 Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : "Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu [1] manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan [3] manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah realisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.
C. Ciri – Ciri Manusia
Berdasarkan prespektif al – quran, tentang ayat – ayat yang membicarakan manusia, maka dapat di ambil kesimpulan :
1. Manusia adalah mahluk yang memiliki raga dan bentuk yang sangat baik. ( Qs: At-taghobun/64:3, Qs: At-tin/95:4 )
2. Manusia sejak awal memiliki fitrah yang baik.
3. Manusia memiliki ruh ( Qs: Al-isra’/17:85 ). Jadi tingkah laku manusia merupakan akibat interaksi manusia antara ruh dengan jasad.
4. Manusia memiliki kebebasan untuk berkemauan dan berkehendak, seperti :
a. Bebas memilih tingkah laku
b. Bebas melakukan kebaikan atau keburukan
5. Memiliki akal ( daya pikir yang terdapat dalam jiwanya )
6. Memiliki nafsu

Selain itu, al-Qur'an juga menyebutkan sifat-sifat kelemahan dari manusia. Manusia banyak dicela, manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Qur'an mencela manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. al-Qur'an juga mengingat manusia yang tidak menggunakan potensi hati, potensi mata, potensi telinga, untuk melihat dan mengamati tanda-tanda kekuasaan Allah. Untuk itu, manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh, maka manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan makhluk yang berkualitas di muka bumi ini seseuai dengan rekayasa fitrahnya.

D. Kepribadian Manusia
Banyak ahli yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan focus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Salah satu yang paling penting menurut Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward, punishment, pendidikan dsb. Misalnya seorang pemalas setelah masuk AKPER menjadi rajin, maka kepribadiannya berubah. Perilaku SMA berubah menjadi perilaku mahasiswa AKPER.
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992). Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik. Dalam ilmu keperawatan hal ini dikenal dengan istilah holistic (Biopsikososiospiritual).
Berdasarkan aspek biologis :
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates membagi kepribadian menjadi 4 kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. ( 4 jenis cairan tubuh), pembagiannya meliputi : empedu kuning (choleris), empedu hitam (melankolis), cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis). Sedangkan Menurut Shelldon dan Kretchmer kepribadian didasarkan pada (bentuk tubuh) : endomorf, mesomorf dan ektomorf. Kepribadian menurut hipocrates mendasarkan pada reaksi tubuh atau dampak fisiologis tubuh akibat dari adanya 4 kelompok cairan tubuh
Berdasarkan aspek psikologis :
Menurut Jung kepribadian dikategorikan menjadi ; introvert dan ekstrovert, sedangkan Heymans membagi menjadi : emosialitet, aktivitet dan sekunder.
John L Holland, seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dan minat pekerjaan, mengemukakan bahwa ada enam tipe atau orientasi kepribadian pada manusia.
1. Tipe realistik .
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan sistematis, seperti mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini tidak hanya membutuhkan keterampilan, komunikasi, atau hubungan dengan orang lain, tetapi dia memiliki fisik yang kuat. Bidang karier yang cocok, yaitu perburuhan, pertanian, barber shop, dan konstruski.
2. Tipe intelektual/investigative .
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir daripada pelaku tindakan, senang menganalis, dan memahami sesuatu. Biasanya menghindari hubungan sosial yang akrab. Tipe ini cocok bekerja di laboratorium penelitian, seperti peneliti, ilmuwan, ahli matematika.
3. Tipe sosial.
Senang membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains. Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar, konselor, pekerja sosial, guide, dan bartender.
4. Tipe konvensional.
Menyukai pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah data dengan aturan tertentu. Pekerjaan yang sesuai, yaitu sekretaris, teller, filing, serta akuntan.
5. Tipe usaha/enterprising.
Cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan. Tipe ini sesuai bekerja sebagai sales, politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.


6. Tipe artistik .
Cenderung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai struktur atau aturan, lebih menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia mengekspresikan diri. Karier yang sesuai, yaitu sebagai musisi, seniman, dekorator, penari, dan penulis.
Anggapan-anggapan dasar tentang manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai berikut.
1. Kebebasan – ketidak bebebasan
2. Rasionalitas – irasionalitas
3. Holisme – elementalisme
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
5. Berubah – tidak berubah
6. Subjektivitas – objektivitas
7. Proaktif – reaktif
8. Homeostatis – heterostatis
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani, Unsur yang ada pada diri pribadi manusia merupakan kesatuan, meskipun masing-masing berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga. Dalam memenuhi unsur-unsur jasmani dan rohani, harus dijaga jangan sampai terjadi saling bertentangan satu dengan lainnya. Pertentangan yang terjadi dalam diri manusia akan mengakibatkan kegoncangan-kegoncangan, akhirnya manusia akan stres, labil, tidak tenang. Apabila sudah terjadi stres, labil, dan tidak tenang pada diri manusia, maka manusia akan mencoba mencari jalan keluar untuk mengobati dirinya, dan kadang-kadang alternatif pengobatannya tidak sesuai dengan norma-norma ajaran agama.
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya. Fungsi manusia terhadap masyarakat ditegakan atas dasar rasa yang tertanam dalam bahwa umat manusia merupakan keluarga besar, berasal dari satu keturunan Adam dan Hawa, dan dijadikan Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling interaksi untuk saling mengenal, tolong menolong dalan berbuat kebaikan dan bertaqwa. Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya.
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan, agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16].
Beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah baik dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah, Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu sifat relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat manusia harus condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.

E. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian :
1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas, rentang atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.


2. Faktor lingkungan
Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat mempengaruhi kepribadian. Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan : kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan dengan ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang lain pada masa dewasa (Bowlby , 1973).
3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari Jepang dalam bukunya The Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian dan nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak dapat dirubah. Ada beberapa ahli yang beranggapan bahwa segalanya telah diprogram dalam genetik. Beberapa ahli lain menyatakan bahwa faktor belajar dan lingkungan memegang peranan yang sangat menentukan. Perpaduan kedua faktor itu dinamakan Anna Anastasia, dimana keduanya membentuk kepribadian manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.
Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan.
Ke lima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).
1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan. Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas. Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5) Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang pandai menciptakan bahasa untuk menyatakan fikiran dan perasaan, sebagai makhluk yang mampu membuat alat-alat, sebagai makhluk yang dapat berorganisasi sehingga mampu memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai makhluk yang suka bermain, dan sebagai makhluk yang beragama.
Djamaludin Ancok [1998:12], mengutip Hartanto [1997], Raka & Hendroyuwono [1998], ada empat kapital, yaitu kapital intelektual [intelect capital], kapital sosial [social capital], kapital lembut [soft capital], dan kapital spritual [spritual capital]. menjadi sifat penentu dalam pembentukan kepribadian manusia, yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan, kualitas amal saleh, dan kualitas sosial.
1. Kualitas Iman
Keimanan merupakan kebutuhan hidup manusia, menjadi pegangan keyaninan dan motor penggerak untuk perilaku dan amal (aktivitas kerja) manusia. Iman sebagai syarat utama dalam mencapai kesempurnaan atau insan utama, dan merupakan langkah awal untuk menuju keshalihan dan mewujudkan perilaku, amal saleh dan pengorbanan manusia bagi pengabdian kepada Allah, karena iman juga sangat terkait dengan amal saleh. Manusia akan berperilaku, bekerja, dan bermasyarakat sesuai dengan fitrah kejadiannya yang condong kepada hanief.
2. Kualitas Intelektual
Ilmu pengetahuan dibutuhkan manusia guna menopang kelangsungan peradabannya, ilmu yang dimiliki manusia menghantarkan manusia ketingkat martabat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Al-Qur'an, memberikan derajat yang tinggi bagi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, dan memberikan perbedaan yang jelas antara manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan yang tidak memiliki ilmu pengatahuan. Djamaludin Ancok [1998:12], mengatakan bahwa "kapital intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan.
3. Kualitas Amal Saleh
Amal saleh adalah pembentukan kualitas manusia, sebab tiap kerja yang dilakukan setiap saat merupakan ukiran kearah terbentuk kepribadian manusia. Amal saleh sebagai pengejawantahan iman, maka suatu pekerjaan yang dilakukan harus memiliki orientasi nilai. Ini berarti sistem keimanan teraktualisasi melalui kerja amal saleh, karena kerja semacam ini memilik dimensi yang abadi. Karena dengan beriman memberikan kelapangan terhadap penderitaan, memberikan kelapangan dalam beramal. Dengan demikian Iman dapat membentuk kekuatan dalam diri manusia untuk dapat mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, memberikan semangat kerja.
4. Kualitas Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan orang lain, Sifat sosial yang dimiliki manusia sesuai dengan fitrahnya, yaitu adanya kesedian untuk melakukan interaksi dengan sesamanya. Djamaludin Ancok [1998:13], juga mengatakan bahwa intelektual Kapital baru akan tumbuh bila masing-masing orang berbagai wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus membangun jaringan hubungan sosial dengan orang lainnya. ... Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial [social networking] semakin tinggi nilai seseorang. "Kapital sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan [diversity]. Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda, dan menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan buat semua".

F. Struktur kepribadian manusia
Struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri seseorang secara psikologis. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari. Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4). Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu : psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme.
Teori Psikoanalisis
Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
1. Struktur Kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17). Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu system yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich.
Untuk memudahkan pemahaman, id artinya nafsu atau dorongan-dorongan kenikmatan yang harus dipuaskan, bersipat alamiah pada manusia. Ego sering saya analogikan sebagai kemampuan otak atau akal yang membimbing manusia untuk mencari jalan keluar terhadap masalah melalui penalarannya. Super Ego sering saya analogikan sebagai norma, aturan, agama, norma sosial. Cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah:
(1) Apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengumbar impuls-impuls primitifnya,
(2) Apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
(3) Apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.









Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah:
Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer. Id mulai berkembang pada usia bayi, bagian kepribadian yang paling primitif, dan sudah ada sejak lahir Aspek biologis dari kepribadian.Id terdiri dari dorongan (impuls) dasar : kebutuhan makan, minum, eliminasi, menghindari rasa sakit, memperoleh kenikmatan sosial. Id juga merupakan kondisi Unconsciousness, sumber energi psikis, system kepribadian yang dasar, terdapat naluri-naruli bawaan, berisi keinginan-keinginan yang belum tentu sesuai dengan norma. Id biasanya menuntut segera dipuaskan (the principles of constancy). Id akan Menjalankan fungsi tindakan refleks dan proses berpikir primer
Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super-ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id, yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. sedangkan pertimbangan halal dan haram dalam mencari makan adalaj kerja Super ego. Ego mulai berkembang usia 2-3 th. Ego merupakan aspek psikologis kepribadian. Ego berada pada tingkat pra sadar. Ego menjalankan fungsi dengan proses berpikir sekunder (rasional). Ego merupakan hasil kontak individu dengan dunia luar/lingk (The realita of principles) dan penengah tuntutan id dan superego.
ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya.
Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat. Super ego Mulai berkemb usia 4-6 tahun. Super Ego merupakan aspek sosiologis kepribadian, sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif. Terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturanaturan dari significant others. Berfungsi dalam legislatif dan yudikatif. Super Ego juga terdiri dari : kata hati (nurani) & ego ideal. Fungsi utama:
1) pengendali id,
2) mengarahkan ego pada tujuan yang yang sesuai dengan moral ketimbang kenyataan,
3) mendorong individu ke arah kesempurnaan.
Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut














Pandangan Freud terhadap Kesadaran dan ketidaksadaran
Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya. Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti:
(1) Mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
(2) Salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya,
(3) Sugesti pasca hipnotik,
(4) Materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan
(5) Materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.
Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran. Secara skematis alam bawah sadar dan alam sadar dapat dibandingkan sebagai berikut :









Persepsi Freud tentang sifat manusia
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Kecemasan muncul karena adanya konflik antara id dengan super ego.

G. Upaya dalam Menjadi manusia berkepribadian Unggul dan Berkualitas
Apabila ditelusuri konsep-konsep tentang jati diri manusia yang dikemukakan, maka pertanyaan bagaimanakah konsep manusia berkualitas Pertanyaan ini memang sangat menarik dan menantang. Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu mengkaji beberapa pendapat dari tokoh-tokoh Psikologi tentang manusia berkualitas, sebagai berikut :
(1) Karen Horney (1942, seorang ahli Psikologi), mengatakan bahwa "manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan dalam dirinya, sehingga mewujudkan tingkahlaku yang harmonis. Ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain".
(2) Gordon Allport (1964), "manusia berkualitas dipandang sebagai orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya, menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia yang telah matang (mature)".
(3) Jourard (1980), "manusia berkualitas adalah manusia sehat yang memiliki cirri :
(a) membuka diri untuk menerima gagasan orang lain;
(b) peduli terhadap dirinya, sesamanya serta lingkungannya;
(c) kreatif;
(d) mampu bekerja yang memberikan hasil (produktif); dan
(e) mampu bercinta".
(4) Thomas J. Peters dan Robert H.Waterman, "menamakan manusia berkualitas dilihat dari keberhasilan menjalankan usaha, adalah orang yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut :
(a) memeiliki kegemaran untuk selalu berbuat sesuatu, dari pada banyak bertanya;
(b) menampilkan hubungan yang erat dengan para rekannya;
(c) bersifat otonom dan memperlihatkan kewiraswastaan;
(d) membina kesadaran bahawannya untuk menampilkan upaya terbaik;
(e) memandang penting keuletan dalam menjalankan usaha;
(g) menempatkan orang secara proporsional; dan
(h) menggunakan prinsip pengawasan yang lentur (longgar tapi ketat)".

Masih banyak tokoh lain yang telah mencoba merumuskan karakteristik manusia berkualitas, berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Manusia berkualitas itu antara lain dinamakan sebagai integrated personality, healthy personality, normal personality, dan productive personality [M.D.Dahlan, 1990 : 2-3]. Lebih jauh lagi ditemukan penamaan manusia berkualitas itu sebagai insan kamil, manusia yang seutuhnya, sempurna, manusia [insane] kaffah, manusia yang hanief.
Banyak istilah yang digunakan al-Qur'an dalam menggambarkan manusia berkualitas atau makhluk yang diciptakan Allah dalam sosok yang paling canggih, di antaranya kata manusia beriman [al-Hujarat (49 : 14, dll] dan beramal saleh (QS. at-Tiin (95) : 6, dll), diberi Ilmu (al-Isra (17) : 85, Mujadalah : 11, Fathir : 28, dll), alim (al-Ankabut (29) : 43, dll), berakal (al-Mulk (67) : 10, dll), manusia sebagai khalifah (QS.al-Baqarah (2) : 30,dll), jiwa yang tenang (QS. al-Fajr (89) : 27-28, dll), hati yang tenteram (al-Ra'd (30) : 28, dll), kaffah (al-Baqarah (2) : 208, dll), muttaqin (al-Baqarah (2) : 2, dll), taqwa (al-Baqarah (2) : 183, dll), mu'minin, muhsinin, syakirin, muflihin, shalihin, yang kemudian diberi keterangan untuk mendeskripsikan ciri-cirinya. Istilah-istilah tersebut saling berkaitan dan saling menerangkan. Jadi, apabila mengambil salah satu istilah dari istilah-istilah yang digunakan al-Qur'an, maka deskripsinya akan saling melengkapi dan merupakan ciri bagi yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa konsep dan karakteristik manusia berkualitas tidak tunggal, akan tetapi komprehensif dan saling melengkapi.
"Jelaslah bahwa manusia berkualitas hendaknya menampilkan ciri sebagai hamba Alla yang beriman, sehingga hanya kepada Allah ia bermunajah, serta memberikan manfaat bagi sesamanya. Sekirannya lebih dalam ditelusuri, kedua ciri utama itu kita dapatkan pada manusia taqwa, sehingga manusia berkualitas dapat pula diartikan sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa" [M.D.Dahlan,1990:7]. Artinya manusia yang berperilakutawakkal, pemaaf, sabar, muhsin, mau bersyukur, berusaha meningkatan kualitas amalnya dan mengajak manusia lain untuk beramal. Untuk itu, keutamaan manusia berpangkal pada adanya iman kepada Allah dan keimannya diwujudkan dalam perilaku yang memberi manfaat bagi masyarakat, berilmu pengetahuan, dan beramal saleh.
Konsep diri merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan. Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
(a) Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
(b) Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
(c) Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
(d) Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
(a) Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
(b) Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
(c) Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
(d) Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.
(e) Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.

H. Tes – Tes dalam menentukan Kepribadian
Kepribadian manusia selalu menjadi tema yang menarik untuk dicari tahu, apalagi kepribadian kita sendiri. Rasa ingin tahu tersebutlah yang lantas membuat banyak orang pergi ke psikolog untuk menjalani tes-tes kepribadian. Semua ini dilakukan demi mengetahui “seperti apa sesungguhnya diri kita ini?”
Selain dengan mengikuti tes-tes psikologi, ada satu metode yang bisa digunakan untuk mengetahui kepribadian yaitu menggunakan enneagram. Enneagram diartikan sebagai “sebuah gambar bertitik sembilan”.
Metode ini dikabarkan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan diajarkan secara lisan dalam suatu kelompok sufi di Timur Tengah, hingga akhirnya mulai berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Kepribadian manusia dalam sistem enneagram, terbagi menjadi 9 tipe. Renee Baron dan Elizabeth Wagele, lewat buku yang berjudul enneagram, berusaha untuk menjelaskan kesembilan tipe tersebut agar lebih mudah dimengerti.
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia. Kesembilan tipe kepribadian tersebut adalah :

Tipe 1 Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
Tipe 2 Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
Tipe 4 Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.
Tipe 5 Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
Tipe 6 Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
Tipe 7 Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.
Tipe 8 Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.

Tipe 9 Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.
I. Analisis
Pembicaraan tentang manusia, merupakan kunci yang paling strategis dalam upaya membangun menuju masyarakat madani. Maka harus dapat melihat kedudukan kepribadian manusia sebagai subjek didik yang memiliki potensi untuk diberdayakan dan dikembangkan. Artinya pendidikan merupakan proses humanisasi dengan menghargai segala potensi yang dimiliki manusia. Proses humanisasi dalam pendidikan, dimaksudkan sebagai upaya megembangkan manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan segala potensi [fitrah] yang ada padanya. Manusia dapat dibesarkan [potensi jasmania] dan diberdayakan [potensi rohaniah] agar dapat berdiri sendiri serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam al-Qur’an, manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi yang tidak terbatas, sebagai makhluk Allah yang paling sempurna [QS. 32: 7], memiliki potensi [fitrah] bawaan [QS.30:30] yang tidak terbatas, dapat diberdayakan, dapat dididik dan mendidik [melakukan proses mengajar] sehingga manusia menjadi makhluk terdidik dan unggul dalam kehidupnya.
Untuk itu penulis dapat menyimpulkan sebgaai berikut:
1. Psikologi kepribadian betujuan untuk mengenal sesama manusia baik sifatnya maupun tipe kepribadian masing-masing.
2. Saling berhubungan antara konstitusi dan temperament baik jasmani maupun spkiatris
3. Mengikis dorongan keakuran dan mengembangkan dorongan kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.
Keberadaan seorang manusia di dunia tidak dapat dipisahkan dari dunia itu sendiri, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan konsep yang diberikan oleh Heidegger (dalam Hall&Lindsey, 1985), yang ia sebut Dasein, yaitu keseluruhan dari keberadaan manusia di dunia. Dasein, yang juga dikenal dengan istilah being-in-the-world dan merupakan konsep dasar dari psikologi eksistensi, bukanlah atribut atau bagian dari seseorang, melainkan keseluruhan dari keberadaan orang tersebut (Hall&Lindsey, 1985). Being-in-the-world menyatakan bahwa seorang individu dan lingkungannya adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Selain itu being-in-the-world juga menjelaskan cara atau tingkah laku seseorang dalam tetap “berada” di dunia, dengan menggunakan tiga world-regions, yaitu umwelt, mitwelt, dan eigenwelt.
Sebagai seorang manusia biasa, yang bertumbuh dan berkembang, maka kepribadian saya juga dipengaruhi oleh tiga hal di atas, Umwelt, yaitu lingkungan sekitar, dapat tercermin dari pola asuh keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan tempat tinggal. Mitwelt adalah hubungan interpersonal seseorang dengan orang lain, sedangkan Eigenwelt adalah cara pandang kita terhadap diri sendiri baik segi psikologis (though-world), maupun segi fisik (body-world).
Potensi-potensi yang terdapat dalam seorang individu dapat diaktualisasikan dengan tetap memperhatikan batasan-batasan, atau oleh Hall&Lindsey, 1985, disebut ground of existence. Batasan-batasan tersebut antara lain adalah keterbatasan fisik dan mental seseorang, pola asuh orang tua, posisi sosial keluarga, dan lain-lain.




Daftar Pustaka
1. Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher. 1976
2. www.find.pdf.psikologikepribadian.com
3. www.find.pdf.kepribadian.com
4. www.find.pdf.konsepmanusiaberkualitasmenurutalquran.com
5. Ramadahani,Ary Verdi.(2008).Analisa kepribadian diri sendiri. Di undah dari www.verdyjurnals.blogspot.com pada tanggal 8 Mei 2010
6. www.google.mengenal9kepribadianmanusia.com
7. Tavris,Carol & Carol Wade.(2007).Phscology,9th edition. Jakarta: Pt. Gelora Aksara Pratama
8. Sapuri,Rafy(2009).Psikologi Islam. Jakarta : Pt. Rajawali Pres
9. Asra, Yulita Kurniawati.(2008).Psikologi Kepribadian I. Pekanbaru: Pt. Al-Mujtahadah


by. Rydho
Kehendak buta : filsafat Arthur Schopenhauer
Yang khas dari filsafat Schopenhauern adalah kejelasan dan konkretnya. Ia mengajarkan kita untuk memulai berfilsafat secara langsung, yakni dari diri kita sendiri dan bukan dari objek luar ( materi ). Kita tidak pernah sampai pada hakekat benda – benda dari ketiadaan. Semakin kita menyelidikinya semakin kita sadar bahwa kita tidak mungkin mencapai sesuatu pun selain citra-citra dan nama-nama. Kita seperti manusia yang berputar-putar secara sia-sia mengelilingi sebuah benteng untuk mencari pintu gerbang. Namun, karena pintu itu tidak ditemukan, maka kita membuat seketsa pada mukanya, oleh sebab itu marilah kita masuk saja ke dalam. Kalau kita mampu menemukan hakikat jiwa kita sendiri, kita mungkin akan mempunyai kunci untuk membuka pintu dunia luar.
Dunia Sebagai Kehendek
1. Kehendak untuk Hidup
Kesadaran dan intelek pada dasarnya hanya merupakan permukaan jiwa kita. Di bawah intelek terdapat kehendak yang tidak sadar, suatu daya atau kekuatan hidup yang abadi, suatu kehendak dari keinginan yang kuat. Intelek kadang-kadang memang mengendalikan kehendak, tetapi hanya sebagi pembantu yang mengantar tuannya.Kita tidak menginginkan suatu benda karena kita mempunyai alasan rasional untuk benda itu, melainkan kita mempunyai alasan yang bisa dibuat rasional karena kita menginginkan benda itu. Jadi, intelek adalah keinginan
Manusia kelihatannya saja ditarik dari depan, sebenarnya, mereka didorong dari belakang. Mereka mengira dibimbimng dari oleh apa yang mereka lihat; kenyataanya, mereka didorong oleh apa yang mereka rasakan-yakni naluri – naluri yang beradanya tidak mereka sadrai.
Intelek dirancang untuk mengetahui hal – hal yang bersangkut –paut dengan kehendak. Kehendak adalah satu-satunya unsur yang permanen di dalam jiwa. Kehendak merupakan pemersatu kesadaran, ide-ide dan pemikiran-pemikiran, serta mengikatnya dalam satu kesatuan yang harmonis. Kehendak adalah pusat organ pikiran. Gerakkan tubuh merupakan objektifitas dari tindakkan kehendak.
2. Kehendak untuk Reproduksi
Setiap organism normal pada saat mencapai tingkat dewasa, segera mengorbankan dirinya untuk menjalankan tugas reproduksi. Reproduksi adalah tujuan utama dan naluri yang paling kuat dari setiap organism, karena dengan cara itu kehendak menaklukan kematian. Hokum daya tarik seksual adalah bahwa pemilihan pasangan hidup sebagian besar ditentukan oleh kecocokkan di antara orang yang berpasangan untuk beranak pinak.
Dalam banyak kasus, jatuh cinta bukanlah masalah hubungan cinta timbal-balik antara dua manusia. Masalah pokoknya adalah keinginan untuk memiliki apa yang tidak mereka punyai. Sesungguhnya tidak ada perkawinan yang mendatangkan malapetaka, kecuali perkawinan karena cinta. Alasanya cukup jelas, bahwa tujuan utama perkawinan adalah perpanjagan spesies, dan bukannya kesenagan individu. Cinta adalah penipuan-diri yang diperaktekkan oleh alam.
Karena nafsu tergantung pada ilusi yang mempunyai nilai untuk spesies dan untuk individu, maka penipuan pasti hilang setelah tujuan spesies tercapai. Hanya dalam ruang dan waktu kita kelihatan seperti mahluk – mahluk yang berbeda, unik, dan terpisah satu sama lain. Namun ruang dan waktu adalah alam maya, ilusi yang menyembunyikan benda-benda. Kenyataannya, hanya ada satu spesies, satu kehidupan, satu khendak.
Setiap orang secara a priori (prasangka ) merasa dirinya sangat bebas dan mengira bisa melakukan apa saja, bahkan untuk mengubah prilaku dan cara hidupnya, atau untuk menjadi orang lain yang lebih baik. Akan tetapi, secara a postriori ( pengalaman ), ia menjadi terheran-heran, bahwa ternyata dirinya tidak bebas, melainkan tunduk pada keniscayaan; setelah berpikir keras, ia mulai sadar bahwa ternyata ia sama sekali tidak mengubah tindakkan atau cara hidupnya, ia harus menjalankan watak yang sebetulnya ia sendiri benci, dan terus memainkan peran itu sampai akhir hayatnya.

Kehendak sebagai Kejahatan
Jika dunia merupakan kehendak maka dunia adalah dunia penderitaan.Alasannya,kehendak mengisyaratkan keinginan,dan apayang diinginkan selalu lebih besar dan lebih banyak daripada apa yang diperoleh. Keinginan selalu tidak berhingga, sedangkan pemenuhannya selalu terbatas. Hidup adalah kejahatan karena segera setelah keinginan dan penderitaan hilang dari manusia, maka kebosanan menggantikan tempat keinginan dan penderitaan.Bertambahnya pengetahuan bukan berarti bebas dari penderitaan , melainkan justru memperbesar penderitaan.
Manusia yang berbakat jenius adalah manusia yang paling menderita. Oleh sebab itu, orang yang berusaha meningkatkan pengetahuannya, sama berusaha meningkatkan kesengsaraannya.sesungguhnyalah bahwa jauh lebih menderita karena pikiran tentang kematian (masa depan) dari pada kematian itu sendiri. Hidup adalah penderitaan karena hidup adalah peperangan. Setiap spesies bertarung, bahkan dengan cara melawan dirinya sendiri, untuk memperebutkan materi, ruang, dan waktu. Agar hidup bahagia, maka hiduplah seperti anak-anak. Anak-anak mengira bahwa kehendak dan usaha merupakan kenikmatan; mereka belum menemukan keserakahan dari keinginan dan kurangnya pemenuhan kebutuhan; mereka belum merasakan sakitnya kekalahan. Akan tetapi, apa boleh buat, hidup memang penderitaan, karna kita tidak bisa menjadikan diri kita sebagai anak-anak kembali. Kesangsaran dan persilihsihan akan terus – menerus ada setelah matinya individu, dan harus terus ada, sejauh kehendak adalah factor dominan dalam manusia. Tidak ada kemenagan atas penyakit kehidupan, sampai kehendak ditundukan oleh pengetahuan dan intelengensi.

Kebijaksanaan Hidup
 Filsafat

Kehidupan yang sepnuhnya dicurahkan untuk mengejar kekayaan pada prinsipnya adalah kehidupan yang tidak berguna, kecuali kita tahu bagaimana kekayaan itu diubah menjadi kenikmataan. Seorang manusia yang tidak mempunyai kebutuhan mental dinamakan tidak berbudaya; ia tidak tahu apa yang harus dilakuakan dengan waktu luangnya; ia bingung mencari sensai-sensai baru dari satu tempat ke tempat lain; dan akhirnya ia ditaklukan oleh kebosanan yang selalu membayanginya. Jadi, bukan kekayaan melainkan kebijaksanaanlah yang merupakan jalan. Manusia adalah mahluk yang berkehendak yang sumbernya terdapat di sisitem reproduksi ), dan baru kemudian sebagai subjek dari pengetahuan murni ( yang sumbernya adalah otak ).
Semakin kita mengenal nafsu kita, semakin kurang kita dikauasi oleh nafsu-nafsu dan tidak ada yang bakal melindungi kita dari paksaan dan kekuatan luar, selain control dari diri kita sendiri. Yang paling mengagumkan dari yang mengagumkan bukanlah penaklukan dunia, melainkan penkalukan atas diri sendiri. Filsafat, pada akhirnya, berfungsi sebagai alat memirnikan kehendak, akan tetapi filsafat harus dimengerti sebagi pengalaman dan pemikiran, buakan sebagi pembacaan atau studi pasif.
Kebahgian kita tergantung apa yang ada dalam pikiran kita, bukan apa yang kita miliki didalam kantong kita. Jalan keluar dari kejahatan kehendak adalah renungan atau kontempalsi yang cerdas tentang kehidupan. Begitu banyak manusia yang tidak pernah sanggup untuk tidak mengamati apapun kecuali sebagai objek-objek kajian- dan oleh sebab itu, mereka sengsara. Maka, amatilah hal apapun sebagai objek-objek pemahaman.
 Jenius
Jenius adalah bentuk tertinggi dari pengetahuan yang tidak banyak unsure kehendaknya. Jenisu adalah objektifitas yang paling lengkap. Jenius adalah daya atau kekuatan yang meninggalkan kepentingannya sendiri, menghapus keinginan dan tujuannya sendiri, menunda kepribadiannya untuk sementara waktu sehingga bisa menjadi subjek yang sungguh-sungguh bisa mengetahui, dan visinya tentang dunia jelas.
Manusia jenius mempunyai kompensasi, kepuasan yang diperoleh dari semua keindahan, hiburan yang didapatkan dari seni, dan antuisme dari seniaman, semua itu membuat ia lupa pada susahnya kehidupan. Itu semua adalah bayaran untuk jernihnya kesadaran dan untuk kesendirinya yang hening di antara berbagai ras manusia bermacam-macam.
Akan tetapi, konsekuensinya, jenius terpaksa hidup dalam isolasi, dan kadang-kadang dalam kegilaan. Perasaannya yang amat sensitive, dipadukan dengan imajiansi dan intuisinya, ditambah dengan kesendirian dan ketidakmampuannya untuk beradptasi, membuat jiwanya terputus dari kenyataan.
 Seni
Objek ilmu adalah hal universal, yang berisi banyak hal yang partikuler. Objek seni adalah hal partikuler, yang berisi sesuatu yang universal. Sebuah karya seni dikatakan berhasil kalau ia menghadirkan ide platonic, atau universal. Oleh sebab itu, seni lebih agung dari ilmu karena ilmu dijalankan dengan akumulasi dan penalaran yang kerasa dan hati-hati, sedangkan seni mencapai tujuannya lewat intuisi dan presntasi. Ilmu berdampingan dengan bakat, seni berdampingkan dengan jenius.
Kekuatan seni untuk mengakat kita pada keabadian, terutama dimiliki oelh music. Seni-seni lain adalah tiruan dari ide, sedangakan music adalah tiruan dari kehendak itu sendiri. Music mempengaruhi perasaan kita secara langsung, tanpa medium ide-ide.


 Agama
Pada mulanya agama digambarakan sebagai metafisik dari manusia-manusia yang bergerombol. Tetapi, kemudian dilihat makna yang terkandung di dalam praktek-praktek dan dogma-dogma agama.

KEBIJAKSANAAN DARI KEMATIAN DAN TRAGEDI PEREMPUAN
Melalui nirwana individu meraih kedamaian tanpa kehendak, dan menemukan pembebasan. Akan tetapi, setelah individu merasa damai dan bebas, kemudian apa? Hidup membawa individu pada kematian, tetapi hiduppun akan menghidupi anak cucu itu, atau anak cucu individu-individu lain. Maka, dapatkah umat manusia diselamatkan? Adakah nirwana untuk semua umat manusia atau untuk sebuah ras, disamping untuk individu?
Jelas, bahwa satu-satunya penaklukan akhir dan radikal atas kehendak adalah menghentikan sumber kehidupan, yakni kehendak untuk reproduksi. Kepuasaan yang timbul akibat dorongan reproduktif harus dikutuk karena kepuasan seperti itu merupakan penegasan yang paling kuat atas nafsu untuk hidup. Beranak pinak, dengan demikian, bisa disebut dengan kejahatan!
Dan, yang terutama melakukan kejahatan itu adalah perempuan. “karena, ketika pengetahuan telah samapi pada tiadanya kehendak, pesona yang bodoh dari perempuan yang menggoda lagi laki-laki untuk beranak pinak. Anak-anak muda tidak cukup cerdas utnuk melihat betapa singkatnya pesona perempuan tersebut, dan ketika akal sehat mulai berfungsi lagi, ia sudah lama terperosok.
Oleh sebab itu, semakin kurang kita berhubungan dengan perempuan, semakin baiklah hidup kita. Hidup terasa lebih aman, lebih menyenangkan lebih halus tanpa perempuan. Biarkan para lelaki memahami jerat yang dipasang pada kecantikan perempuan, maka komedi absurd reproduksi (pasti) akan berakhir. Perkembangan intelegensi akan memperlemah kehendak untuk bereproduksi, dan dengan demikian suatu ras akan punah. Dan, dengan begitu, penderitaan hidup akan berakhir.

EVALUASI KRITIS ATAS PEMIKIRAN SCHOPENHAUER
Tanggapan terhadap pemikiran Schopenhauer akan berkisar pada dua hal : diagnose medis terhadap zaman dan manusianya sendiri. Diagnose terhadap manusianya bisa dimulai dari pengakuan Schopenhauer, bahwa kebahagian manusia tergantung pada keberadaannya, dan bukanlah pada lingkungan luarnya. Pesimisme adalah tuduhan yang dilancarkan oleh orang yang pesimis. Dari keadaan jasmani yang sakit dan jiwa yang neurotic, dan kehidupan waktu senggang yang kosong dan suasana hati yang muram, muncullah fisiologi filsafat Schopenhauer.
Nirwana adalah cita-cita dari seorang manusia yang tampah gairah, yang memulai hidupnya dengan menginginkan terlampau banyak hal, dengan mengejar satu skala dalam satu nafsu. Dan kemudian, setelah nafsunya hilang, menghabiskan sisa hidupnya dalam kebosanan yang tampah gairah dan lekas marah. Kalau intelek muncul sebagai pelayan kehendak, maka sangat mungkin bahwa hasil dari intelek tersebut (yakni, filsafat Schopenhauer) adalah tirai dan apologi dari kehendak yang sakit dan lamban. Dan tidak diragukan lagi bahwa pengalaman awalnya dengan perempuan dan laki-laki mengembangkan satwa sangka dan sensfitas yang abnormal, sebagaimana Stendhal, Flaubert, dan Nietzsche. Ia menjadi sinis dan soliter. Ia menulis : “seorang sahabat yang hadir hanya jika perlu sesuatu, sessungguhnya bukanlah seorang sahabat; ia hanyalah seorang tukang pinjam” dan, “janganlah bercerita kepada teman sesuatu yang akan kau sembunyikan dari musuh.”
Tentu saja ada unsure egotism dalam pesimisme : dunia tidak cukup baik buat kita, dan lalu kita menutup mata, hidung, dan telinga kita dengan berfilsafat. Akan tetapi hal itu bertentangan dengan kenyataan sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan oelh Spinoza, “segala puja dan puji dan caci maki moral kita, tidak relevan diterapkan pada cosmos (dunia) sebagai suatu keseluruhan.”
Salah satu sebab dari pesimisme, baik pada Schopenhauer maupun pada zamannya, terletak pada sikap-sikap dan pengharapan-perngharapannya. Pemujaan dan pembebasan yang romantic untuk perasaan, naluri dan kehendak, serta caci maki romantic pada intelek, pembatasan, keteraturan, justru membalik menghukum mereka.
Orang sehat tidak menuntut kebahagiaan yang sama banyaknya dengan kesempatan untuk menggunakan kemampuan-kemampuannya; dan kalau ia harus membayar hukuman untuk kebebasan dan kekuatannya, ia akan membayar dengan senang hati; hukuman itu tidak terlampau mahal bagi dirinya.
Apakah kesenangan merupakan hal yang negative? Hanya jiwa yang terluka, yang menarik diri dari perhubungan dengan dunia, yang menghujat kehidupan. Apakah kesenangan kita merupakan perbuatan yang tidak selaras dengan naluri-naluri kita? –dan apakah dengan menarik diri kita mendapat kesenangan lain yang tidak negative? Kesenangan dari menarik diri atau melarikan diri, dari kepatuhan dan keamanan, dari kesendirian dan ketenangan, adalah sesuatu yang negative, karena naluri-naluri yang memaksa kita untuk berbuat demikian adalah negative. Padahal, kehidupan itu sendiri adalah sesuatu kekuatan yang positive, dan setiap fungsi dari bagian-bagian kehidupan yang menjanjikan kesenangan yang tak terkira.
Adalah betul bahwa kematian sangatlah mengerikan. Namun, terror kematian akan hilang begitu kita hidup secara normal: ”orang harus hidup secara benar, agar mati secara benar.” Pesimisme pada prinsipnya berhubungan dengan usia.
Ada kesulitan lain, yang meskipun kurang vital tetapi cukup teknis dalam filsafat Schopenhauer yang luar biasa dan menarik itu.
Akan tetapi, haruslah diakui keberanian dan kejujuran yang disuarakan filsafat Schopenhauer, yang barangkali tidak akan kita temukan didalam kepura-puraan filsafat yang optimistic.
Yang sangat mengesankan adalah kemampuan Schopenhauer dalam membuka mata para Psycholog pada kekuatan naluri yang paling dalam, halus, dan “ada dimana-mana”. Intelektualisme –yakni konsepsi terhadap manusia sebagai hewan yang melulu berpikir, hewan yang mampu menggunakan rasio atau intelek dalam mengejar setiap tujuan hidupnya –jatuh sakit bersama Rousseau, terbujur kaku bersama Kant, kehilangan jiwa bersama Schopenhauer.
Akhirnya, meskipun mungkin agak berlebihan, Schopenhauer berhasil mengajarkan kepada kita tentang keniscayaan jenius dan nilai seni. Ia melihat bahwa kebaikan yang tertinggi adalah keindahan dan bahwa kenikmatan yang paling mendalam terletak pada penciptaan karya seni dan kesenangan pada yang indah. Bersama Goethe, dan Charlyle, ia menentang usaha Hegel, Marx dan Buckle untuk menghapus jenius sebagai factor pundamental dalam sejarah manusia; dalam suatu zaman ketika semua orang besar hendak dikubur, ia justru mengajarkan sekali pemujaan para pahlawan. Dan, dengan segala kegagalannya, ia berhasil menambahkan nama lain pada mereka.

KEHENDAK UNTUK BERKUASA DAN MANUSIA UNGGUL : FILSAFAT FRIEDRICH NIETZSCHE
Nietzsche mengembangkan filsafat etika berdasarkan teori evolusi. Baginya, kalau hidup adalah perjuangan untuk bereksistensi-dimana melangsungkan kehidupannya-maka kekuatan adalah kebijakan yang utama dan kelemahan adalah keburukkan yang memalukan.
Hidup adalah medan laga tempat seluruh mahluk bertarung agar bisa terus melangsungkan hidupnya. Dan dalam pertarungan yaitu kehidupan tersebut, kita tidak memerlukan kebaikan melainkan kekutan; yang dibutuhkan dalam hidup bukanlah kerendahan hati melainkan kebanggan diri; bukanlah altruism, melainkan kecerdasan yang amat tajam. Dan hokum kehidupan bukanlah hokum yang dibuat oleh manusia, melainkan hokum yang dibuat oleh alam.

Kisah hidup Nietzche

Ayah Nietzsche adalah seorang pendeta terkemuka. Ibunya adalah seorang penganut Kristen yang taat. Kematian ayahnya yang masih relatif muda, membuat pola asuh ibunya lebih dominan.
Dalam diri Nietzsche terdapat semangat, kehormatan, dan kebanggaan. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk mencari perlengkapan fisikal dan intelektual. Agar maskulinitas yang diidealkan sekali semakin kokoh dan kuat. Pada usia ke 18, ia kehilangan kepercayaan pada Tuhan. Ia menemukan Tuhan yang baru dalam manusia unggul.
Pada tahun 1865, ia menemukan karya Schopenhauer, “dunia sebagai kehendak dan gagasan”. Warna gelap filsafat Schopenhauer menanamkan kesan medalam pada jiwanya. pada usia ke 23, ia bergabung dengan angkatan bersenjata untuk berperang. Akan tetapi, akibat jatuh dari kuda, yang membuat ia terluka dan tidak pernah sembuh, ia harus meninggalkan kesatuannya. Dari kehidupan militer yang keras, ia lalu beralih ke kehidupan yang berlawanan –kehidupan akademis sebagai seorang ahli bahasa.
Pada usia ke 25 tahun, ia ditunjuk sebagai pimpinan fisiologi klasik di Universitas Basle. Seiring waktunya, ia tertarik pada musik. Ia sering memainkan piano, dan menulis beberapa soneta. pada tahun 1869, Nietzsche diunfang berkunjung dan merayakan Natal di tempat tinggal seorang raksasa music, Richard Wagner. Namun, pada saat kesuksesannya didunia seni, filsafat ia dipanggil kembali ke negerinya sebagai anak bangsa yang taat. ia pun kembali berperang dan untuk pertama kali ia melihat kehendak untuk hidup yang paling kuat dan paling tinggi. Tidak diekspresikan dalam bentuk perjuangan yang menyedihkan untuk kelangsungan hidup, melainkan dalam bentuk kehendak untuk berperang, kehendak untuk berkuasa, dan kehendak untuk berada diatas kekuasaan. Pada akhirnya ia menjadi perawat di negerinya, karena ia memiliki jiwa seorang gadis dalam baju-baja seorang prajurit perang.

Nietzsche dan Wagner
Awal tahun 1872, Nietzsche mempublikasikan buku pertamanya “The birth of tragedy out of the spirit of music”. Tak pernah ada seorang fisiologpun yang berbicara sedemikian liris, ia berbicara tentang dunia dewa dalam kesenian yunani, yang dipuja oleh orang-orang yunani kuno :
1. Dyonysius yakni dewa anggur dan dewa pesta pora. Dewa kehidupan yang ekstratis. Dewa Inspirasi, Emosi, dan Naluri. Dewa pertualangan dan penderitaan. Dewa Musik, tarian, dan drama
2. Dewa Apollo

Dewa yunani kuno adalah kesatuan dari dua cita-cita, yakni kekuasaan maskulin Dyonysius yang perkasa dan keindahan feminim Apollo yang lembut.

Manusia Unggul
Calon manusia unggul membutuhkan peningkatan kecerdasan dari segala bidang. Energi, intelek, dan kehormatan/kebanggan diri ini yang membuat Manusia Unggul. Hal yang baik yang dimiliki manusia unggul adalah :
1. Mendisiplinkan diri
2. Berbuat keras terhadap diri sendiri
3. Manusia yang tidak ingin jadi komponen masa
4. Berhentilah memanjakan diri sendiri
5. Harus mempunyai tujuan yang baik.

Manusia Unggul tidak lahir oleh alam, melainkan proses biologi yang tidak adil terhadap individu-individu yang luar biasa. Alam sangat kejam pada produknya yang paling baik, alam lebih mencintai dan melindungi manusia yang sedang-sedang saja. Manusia Unggul dapat hidup dan bertahan hanya melalui seleksi manusia, melalui perbaikan kecerdasan dan pendidikan yang meningkatkan derajat dan keagungan individu-individu.